Senin, Agustus 25, 2008

Melestarikan kesucian Jiwa

Sebentar lagi datangnya bulan suci Ramadlon, bulan yang didalamnya membuat kita banyak terlatih, terdidik dan bahkan terbimbing agar mampu mengendalikan serta mengoreksi diri sehingga dapat mencapi fitroh atau kesucian jiwa dalam kehidupannya. Dengan selalu menjaga jiwa yang suci akan terjauh dari sifat yang jahat yang selalu mengajak kepada perbuatan dosa dan maksiat.
Sebagaimana kita pahami bahwa antara kesucian jiwa dan ketentraman hidup seseorang atau sekelompok atau sekeluarga itu saling terkait dan saling mendukung serta saling memerlukan.
Jiwa yang suci sangat besar pengaruhnya pada tingkah laku juga sikap dan akhlaq seseorang. Sebab akhlaq seseorang itu sangat mempengaruhi pergaulan dan hubungan keluarga setiap saat.
Bila kata “keluarga “ disebut, maka yang terbayang atau tergambar dalam benak kita adalah sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu rumah yang terdiri dari ayah-ibu dan anak, mungkin adanya kerabat yang lain yang bersamanya. Kita tahu bahwa setiap keluarga memerlukan ketenangan dan ketentraman hidupnya, yang dalam hal ini peranan kesucian jiwa yang tercermin dalam tingkah laku atau akhlaqnya perlu diciptakan oleh masing-masing anggota keluarga itu sendiri.

Kiat-kiat melestarikan kesucian jiwa / fithroh
1. Bertaqwalah kepada Allah SWT dimana dan kapan saja kita berada.
2. Bila terlanjur melakukan dosa segeralah diikuti dengan perbuatan yang baik semoga menutupnya, tak lupa segera memohon ampunan Allah dan bertobat.
3. Menjaga lesan dan tangan agar tidak menyakiti orang lain apa lagi merugikan. Usahakan ucapan atau lesan kita selalu mendatangkan kesejukan dan mendatangkan manfaat dan bukan sebaliknya.
4. Hormatilah tetangga dan tamu, jangan sekali-kali menyakiti hatinya apalagi sampai merugikan, berikan hak-haknya jangan sampai mengecewakan.
5. Sukalah bersilaturahim, serta mudah minta dan memberi maaf atas kesalahannnya baik yang disengaja atau yang tidak disengaja.
6. Bersedialah merasa yang paling hina dan bukan merasa yang mulia
7. Pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik, terklebih-lebih dalam satu rumah atau dalam satu keluarga.
8. Hendaklah suka melupakan kejahatan orang lain kepada kita, juga suka melupakan kebaikan kita pada orang lain
9. Hendaklah suka mengenang kebaikan orang lain kepada kita tapi juga mudah melupakan kebaikan kita kepada orang lain.

Agar hidup selalu mencapai ketenangan maka diperlukan budaya 11 ( sebelas ) sm yaitu
1. Sm – Slaing mencintai.
2. Sm – Saling menyayangi atau mengasihi
3. Sm – Saling mengerti
4. Sm – Saling memahami
5. Sm – Saling menghormati
6. Sm – Saling membantu dan menolong
7. Sm – Saling mempercayahi
8. Sm – Saling mengalah
9. Sm – Saling memaafkan
10. Sm – Saling mengingatkan
11. Sm – Saling menentramkan

Keluarga, khususnya keluarga yang baru memulai hidup berumah tangga lazimnya berusaha dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan segera meskipun harus bekerja keras untuk mendapatkan biaya dalam memenuhi keperluannya. Oleh karena itu perlu perencanaan dan persiapan yang baik, maka diperlukan konsep 10P yaitu

1. Perhatikan :
Dari sekian banyak yang harus di upayakan atau bahkan dibeli, maka perhatikan, mana yang harus segera diupayakan.
2. Pentingkan :
Setelah diperhatikan dari barang-barang atau hal yang perluka mana yang lebih dipentingkan.
3. Pilih :
Dari yang penting itu mana yang perlu mendapat pilihan sesuai dengan kebutuhan


4. Pilah :
Dari pilihan –pilihan itu kemudian dipilah-pilah, mana yang segera diadakan dan mana yang perlu di tunda adanya, dsb
5. Perhitungkan :


Meski sudah menjadi pilihan dan bahkan sudah dipilah-pilah, masih perlu diperhitungkan hubungannya dengan biaya atau tenaga yang diperlukan.
6. Prioritas :
Meski sudah diperhitungkan masih perlu dipikirkan mana yang perlu mendapat prioritas yang utama
7. Pertimbangkan :



Pertimbangan terhadap sesuatu membutuhkan orang lain, hal ini mungkin dapat dilakukan sehingga mendukung datangnya ketentraman karena melibatkan pihak lain yang bias jadi menumbuhkan simpati orang yang merasa dibutuhkan.
8. Pengawasan :
Kiranya semua usaha baik yang kecil maupun yang besar perlu pengawasan baik pengadaan maupun efektifitas penggunaannnya.
9. Pengendalian :



Dalam rumah tangga sangat penting adanya pengendalian dalam membuat atau menyusun anggaran, apalagi dalam hal melepas uang sangat diperhatikan dan diperlukan pertimbangan anggota keluarga lain sehingga tidak terjadi pemborosan.
10. Perbaiki :


Kalau memang setelah dilakukan beberapa langkah pengendalian dan pengecekan kembali, ada kejanggalan maka bila perlu segera diperbaiki dengan demikian akan terjauh hal-hal yang tidak diinginkan

Agar ketentraman itu berjalan seperti yang dikehendaki maka tanamkan sifat dan sikap atau perilaku kepada semua anggota keluarga, terlebih-lebih anak-anak kita, jadilah anak yang “JEMPOL” dan bukan anak yang “BAKIL “

J :
Jujur, jadilah anak yang jujur suka berkkata benar dimana dan kapanpun berada.
E :
Enthengan, suka dan mudah melakukan pekerjaan apa saja yang bermanfaat.
M :
Mawas diri atau mulat sarira,tidak sungkan-sungkan mencari kelemahan dan kekurangan pada dirinya
P :
Polah juga pasrah (tawakkal ). Hidup perlu biaya, maka perlu bekerja dan usaha

O :
Open , hendaklah hidup dengan sederhana dan gemi tidak pemborosan

L :


Lurus (leres lan lempeng) berusaha tak nyeleweng dan hidup tidak menyimpang dari aturan agama dan aturan yang ada dalam masyarakat
Adapun kata “ BAKIL”, yaitu:

B :
Bosenan, memang bosen sering menyerang kita tetapi kalau sifat bosenan sebaiknya harus dihindari, karena hal itu merugikan kehidupannya.

A :
Aras-arasem, kata lain loyo atau sungkan dan ogah-ogahan, sebaiknya segera diusir sejauh-jauhnya

K :
Keset atau malas, khususnya malas terhadap pekerjaan yang mestinya menjadi tugas yang harus dikerjakan

I :


Isinan atau clingus atau pemalu, memang malu itu perlu, tetapi kalau dalam segala hal malu, hal itu akan menghambat aktifitas hidupnya dan sangat merugikan bagi dirinya.

L :
Lemes sebaiknya cepat dicari penyebabnya dan segera dicari jalan atau car asehingga akan mendapat semangat dalam hidup

Anak kita jangan sampai “NgOMPOL” yaitu:

Ng :
Ngeyelan, suka membantah pada yang bukan mestinya

O :
Ogah-ogahan, tak punya gairah bekerja atau belajar dsb

M :
Maling, sifat dan perbuatan yang sangat tercela dan dosa

P :
Pedhot ing pangarep-arep atau gampang putus asa

O :
Omong kosong atau goroh

L :
Lacut atau suka bertindak lancing dan tidak punya sopan santun

Demikianlah, dengan dukungan langkah-langkah tersebut di atas maka Insya Allah ketentraman keluarga akan terjaga dan lestari selamanya .

Tidak ada komentar: