Senin, Agustus 25, 2008

Persoalan Hidup

Pendahuluan
Hal yang pasti tidak akan luput dari kehidupan kita sehari-hari adalah apa yang disebut dengan “ masalah “ atau persoalan hidup. Di manapun, kapanpun, apapun dan dengan siapapun, semua memungkinkan munculnya masalah.
Namun andaikata kita cermati dengan seksama ternyata dengan persoalan yang persis sama, sikap orang berbeda-beda. Ada yang begitu panik, goyah, kalut dan stres. Tapi ada pula yang menghadapinya secara mantap, tenang atau bahkan sempat menikmatinya.
Hal ini membuktikan bahwa, “ masalah “ atau persolan yang sesungguhnya, bukan terletak pada persoalannya, melainkan pada sikap terhadap persoalan tersebut.
Oleh karena itu, siapapun yang ingin menikmati hidup dengan baik, benar, indah lagi bahagia mutlak bagi dirinya untuk terus menerus meningkatkan ilmu dan ketrampilan dalam menghadapi aneka persoalan, yang pasti akan terus meningkat kualitas dan kuantitasnya seiring dengan pertambahan umur, tuntutan , kebutuhan, harapan, cita-cita serta tanggung jawab.
Kelalaian kita dalam menyadari pentingnya bersungguh-sungguh mencari ilmu mengenai cara menghadapi hidup ini, ditambah dengan kemalasan kita dalam melatih dan mengevaluasi ketrampilan kita dalam mengadapi persoalan hidup ini hanyalah sekedar perpindahan kesengsaraan penderitaan, kepahitan dan tentu saja kehinaan yang bertubi-tubi.
Untuk itu akan kami sajikan dalam artikel ini “LIMA KIAT PRAKTIS MENGATASI PERSOALAN HIDUP” sebuah buku kecil yang disusun oleh Mubaligh kondang Abdullah Gimnastiar, Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung dalam Seri Manajemen Qolbu. Tulisan ini sengaja kami sajikan dengan maksud agar menambah wawasan pembaca dalam menyikapi berbagai persoalan hidup, dengan sikap yang benar sekurang-kurangnya menurut Aa Gym.
1. SIAP
Kita hendaknya selalu “siap” menghadapi kenyataan kehidupan ini. Siap menghadapi yang cocok dengan yang diinginkan begitu pula siap menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita.
Kita memang diharuskan memiliki keinginan, cita-cita, rencana yang benar dan wajar dalam hidup ini. Bahkan kita sangat dianjurkan untuk gigih ikhtiar mencapai apapun yang terbaik bagi dunia akhirat, semaksimal kemampuan yang Alllah Swt. berikan kepada kita.
Namun bersamaan dengan itu kitapun sadar sesadar-sadarnya bahwa kita hanyalah makhluk yang sangat banyak memiliki keterbatasan untuk mengetahui segala hal yang tidak terjangkau oleh daya nalar dan kemampuan kita.
Dalam hidup ini ternyata lebih sering terjadi sesuatu yang tidak terjangkau oleh pikiran kita, yang di luar dugaan dan di luar kemampuan kita untuk mencegahnya.
Andaikata kita selalu terjebak dengan tindakan yang salah dalam menyikapinya maka betapa hari-hari akan selalu penuh kekecewaan, penyesalan, keluh kesah, kedongkolan, hati yang galau. Sungguh rugi. Padahal hidup hanya satu kali dan kejadian yang tak terdugapun pasti akan terjadi lagi.
Kita punya rencana, Allah pun punya rencana dan yang pasti terjadi adalah apa yang menjadi rencana Allah Swt.
Yang lebih lucu serta menarik, yaitu kita sering marah dan kecewa dengan suatu kejadian namun setelah waktu berlalu ternyata “kejadian” tersebut begitu menguntungkan dan membawa hikmah yang sangat besar dan sangat bermanfaat, jauh lebih baik dari apa yang diharapkan sebelumnya.
Alkisah ada dua orang kakak beradik penjual tape, yang berangkat dari rumahnya di sebuah dusun pada pagi hari seusai shalat shubuh. Di tengah perjalanan, ketika sedang meliwati pematang sawah tiba-tiba pikulan sang kakak berdetak patah. Tape di pikulan sebelah kiri masuk ke sawah dan yang disebelah kanan masuk kolam. Betapa kaget sedih, kesal dan merasa sangat sial, jualan belum, untung belum bahkan modalpun habis terbenam. Dengan penuh kemurungan dan uring-uringan kembali ke rumah.
Tapi dua jam kemudian datang berita yang mengejutkan, ternyata kendaraan yang biasa di tumpangi para pedagang tape terkena musibah sehingga seluruh penumpangnya cedera bahkan diantaranya ada yang cedera berat. Satu-satunya diantara kelompok pedagang yang senantiasa menggunakan angkutan tersebut yang selamat hanyalah dirinya, yang tidak jadi berjualan karena pikulannya patah.
Subhanallah, dua jam sebelumnya patah pikulan dianggap kesialan besar, dua jam kemudian patah pikulan dianggap keberuntungan luar biasa. Oleh karena itu, “Faidza ‘azamta fa tawaqal’alallah”, bulatkan tekad, sempurnakan ikhtiar namun hati harus tetap menyerahkan segala keputusan dan kejadian terbaik kepada Allah Swt. Dan siapkan mental kita untuk menerima apapun yang terbaik menurut ilmu Allah Swt.
Allah Swt. Berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 216, “Boleh jadi engkau tidak menyukai sesuatu padahal bagi Allah Swt. lebih baik bagimu, dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu padahal buruk menurut pandangan Allah Swt.”
Maka jikalau dilamar seseorang, bersiaplah untuk menikah dan bersiap pula kalau tidak jadi nikah. Karena pelamar kita, belumlah tentu jodoh terbaik seperti yang senantiasa diminta oleh dirinya maupun orang tuanya.
Kalau mau UMPTN berjuanglah sungguh-sungguh untuk diterima di tempat yang dicita-citakan namun siapkan pula diri ini, andaikata Allah Yang Maha Tahu bakat, karakter dan kemampuan kita sebenarnya akan menempatkan di tempat yang lebih cocok, walaupun tidak sesuai dengan rencana sebelumnya.
Melamar kerja, lamarlah dengan penuh kesungguhan namun hati harus siap andaikata Allah Swt. tidak mengijinkannya karena Allah tahu tempat jalan rezeki yang lebih berkah.
Bila berbisnis, jadilah seorang professional yang handal, namun ingat bahwa keuntungan besar yang kita rindukan belumlah tentu maslahat bagai dunia akhirat kita. Maka bersiaplah menerima untung terbaik menurut perhitungan Allah Swt.
Demikianlah dalam segala urusan apapun yang kita hadapi.
Kesimpulan : Sempurnakan niat dan ikhtiar, namun hati siapkan menerima apapun yang terbaik menurut Allah Swt.
2. RIDHO
Siap menghadapi apapun yang akan terjadi dan bila terjadi maka satu-satunya langkah awal yang harus dilakukan adalah mengolah hati kita agar ridho (rela) dengan kenyataan yang ada.
Mengapa demikian?, Karena walaupun dongkol, uring-uringan, kecewa berat tetap saja kenyataan sudah terjadi. Pendek kata ridho tidak ridho kejadian tetap sudah terjadi, maka lebih baik hati kita ridho saja menerimanya.
Memasak nasi gagal, malah jadi bubur. Andaikata kita muntahkan kemarahan tetap saja bubur, tidak marahpun tetap bubur, maka daripada marah menzolimi orang lain dan memikirkan sesuatu yang membuat hati mendidih, lebih baik pikiran dan tubuh kita sibuk mencari bawang goring, ayam, cakweh, seledri, keripik dan kecap supaya bubur kita menjadi bubur ayam special, tentu selain perasaan kita tidak jadi sengsara nasi yang gagalpun tetap bisa dinikmati dengan lezat.
Misalkan sedang jalan-jalan, tiba-tiba batu kecil nyasar entah dari mana dan mendarat tepat di kening kita, maka hati kita harus ridho karena tidak ridhopun tetep benjol. Tentu saja ridho terhadap sesuatu kejadian bukan berarti pasrah total sehingga tidak bertindak apapun, itu adalah pengeertian yang keliru.
Pasrah (ridho) itu hanya amalan hati. Kita menerima kenyataan yang ada, tapi pikiran dan tubuh wajib ikhtiar untuk memperbaiki kenyataan dengan cara yang diridhoi Allah Swt. Kondisi hati yang tenang (ridho) ini sangat membantu menjadikan proses ikhtiar menjadi positif, optimal dan bermutu.
Orang yang stress adalah orang yang tidak memiliki kesiapan mental menerima kenyataan yang ada, selalu saja pikirannya tidak realistis, tidak sesuai dengan kenyataan, sibuk menyesali dan mengandai-andai dengan sesuatu yang sudah tidak ada atau yang tidak mungkin terjadi, sungguh kesengsaraan yang dibuat sendiri
Misalkan tanah warisan telah dijual tahun yang lalu dan saat ini ternyata harga tanah tersebut melonjak belipat ganda, maka orang-orang yang malang selalu saja menyesali mengapa dulu tergesa-gesa di jual. Kalau saja mau ditangguhkan niscaya akan lebih beruntung, dan biasanya dilanjutkan dengan bertengkar saling menyalahkan sehingga semakin lengkap saja penderitaan dan kerugian memikirkan tanah yang nyata-nyata telah menjadi milik orang lain
Berbadan pendek-sibuk menyesali diri-mengapa tidak jangkung. Setiap melihat tubuhnya, kecewa, apalagi melihat yang lebih tinggi dari dirinya. Sesungguhnya penyesalan ini tidak menambah tingginya walau satu senti pun jua.
Memiliki orang tua kurang mampu atau telah bercerai, atau sudah meninggal, lalu sibuk menyalahkan dan menyesali keadaan bahkan terkadang menjadi tidak mengenal sopan santun kepada keduanya, padahal sikap ini tidak memperkaya atau mempersatukannya, atau menghidupkannya kembali.
Sungguh banyak sekali kesalahan berpikir dan bertindak terhadap apa yang sudah terjadi, yang tidak menambah apapun selain menyengsarakan diri.
Ketahuilah hidup ini terdiri dari berbagai episode yang tidak akan monoton, ini adalah kenyataan hidup. Silahkan kenang perjalanan hidup kita yang telah lalu. Benar-benar kita harus arif mensikapi setiap episode dengan lapang dada, kepala dingin dan hati yang ikhlas. Jangan selimuti diri dengan keluh kesah, semua itu tidak menyelesaikan masalah, bahkan bisa jadi sebaliknya.
Kesimpulan : Hati harus ridho menerima apapun kenyataan yang terjadi sambil ikhtiar memperbaiki kenyataan pada jalan yang diridhoi Allah Swt.

3. JANGAN MEMPERSULIT DIRI
Andaikata kita mau jujur, sesungguhnya kita ini paling hobi mengarang, mendramatisir dan mempersulit diri. Sebagian besar penderitaan kita adalah hasil dramatisasi perasaan dan pikiran sendiri.
Selain tidak pada tempatnya, juga, pasti membuat masalah akan menajdi besar, lebih seram, lebih dahsyat, lebih pahit, lebih gawat, labih pilu daripada kenyataan aslinya, dan tentu ujungnya akan terasa jauh lebih nelangsa, lebih repot dalam menghadapinya ( menyelesaikannya)
Orang yang menghadapi masa pension, terkadang jauh sebelumnya sudah sengsara. Terbayang gaji kecil yang pasti tidak akan mencukupi kebutuhan, padahal saat ini saja sudah pas-pasan, ditambah lagi kebutuhan anak-anak yang kian membengkak, anggaran rumah tanggaa plus listrik, air, cicilan rumah belum lunas, utang belum terbayar
Belum lagi kalau sakit, tak ada anggaran pengobatan, umur makin menua, fisik kian melemah. Semakin panjang derita kita buat, maka semakin panic menghadapi pension.
Tentu saja sangat beloh kita memperkirakan kenyataan yang akan terjadi namun harus terkendali dengan baik jangan sampai perkiraan itu membuat putus asa dan sengsara sebelum waktunya.
Bagitu banyak orang yang sudah pension yang ternyata tidak segawat yang diperkirakan atau bahkan jauh lebih tercukupi dan berbahagia dari pada sebelumnya
Apakah Allah Swt. Yang Maha Kaya akan menjadi kikir terhadap para pensiunan atau terhadap kakek-kakek dan nenek-nenek padahal pension hanyalah salah satu episode hidup yang harus dijalani, yang tidak mempengaruhi janji dan kasih saying Allah.
Maka dalam menghadapai persoalan apapun jangan hanyut tenggelam dalam pikiran yang salah. Kita harus tenang menguasai diri. Renungkanlah janji dan jaminan pertolongan Allah Swt.
Dan bukanlah kita sudah sering melalui masa-masa yang sangat sulit dan ternyata bisa lolos pad akhirnya, tidak segawat yang kita perkirakan sebelumnya.
Yakinlah bahwa Allah Yang Maha Tahu segalanya pasti telah mengukur ujian yang menimpa kita sesuai dengan dosis yang tepat dengan keadaan dan kemampuan kita.
“sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan dan sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan “ (Al Insyiroh [94]:5-6)
Sampai dua kali Allah Swt mengutarakan janjiNya. Tidak mungkin dalam hidup ini terus menerus, karena dunia ini bukan neraka. Begitupun, tidak mungkin dalam hidup ini terus-menerus kelapangan dan kemudahan karena dunia ini bukan surga, segalanya pasti akan ada akhirnya dan dipergilirkan dengan keadilan Allah SWt
4. EVALUASI DIRI
Ketahuilah hidup ini bagai gaung di pegunungan, apa yang kita bunyikan, suara itu pula yang akan kembli kepada kita, artinya segala yang tejadi pada kita adalah buah apa yang kita lakukan
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar ( Seberat) dzarrahpun, niscaya Dia akan lihat balasanya, dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun niscaya Dia akan melihat balasannya “ (QS Al Zalzalah 7,8)
Allah Swt Maha Peka tyerhadap apapun yang kita lakukan, dan dengan keadilanNya tidak akan ada yang meleset. Siapun yang berbuat kebaikan sekecil apapun dan tersembunyi dimanapun , niscaya Allah Swt akan membalas berlipat ganda dengan aneka bentuk yang terbaik menurutNya
Sebaliknya kedzoliman sehalus apapun yng kita lakukan yang tampaknya seperti mendzolimi orang lain, padahal sesungguhnya kita sedang mendzolimi diri sendiri dan sedang mengundang bencana balasan dari Allah Swt yang pasti lebih getir dan gawat, naudzubillah
Andaikata ada batu yang menghantam kening kita, selain hati harus ridho, kitapun harus merenung, mengapa Allah menimpakan batu ini tepat ke kening kita, padahal lapangan begitu luas dan kepalapun begitu kecil ?
Bisa jadi semua ini adalah peringatan, bahwa kita sangat sering lalai bersujud, atau sujud kita lalai dari mengingat-NYa Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia, pasti segalanya ada hikmahnya
Dompet hilang? Mengapa dari satu bis, hanya kita yang ditakdirkan hilang dompet. Jangan sibuk menyalahkan pencopet, karena memang sudah jelas salah dan begitu pekerjaannya
Renungkanlah……….. boleh jadi kita ini termasuk si kikir, si pelit, Allah Maha Tahu jumlah zakat dan sedekah yang kita keluarkan. Apa sulitnya bagi Dia untuk mengambil apapun yang dititipkan kepada hamba-hamba-Nya.
Anak Nakal………..!, Suami kurang betah di rumah dan kurang mesra……..!, rejeki seret dan sulit…….!, Bibir Sariawan terus menerus atau apa saja kejadian yang menimpa, dalam bentuk apapun, adalah sarana yang paling tepat untuk mengevaluasi.
Segala yang terjadi adalah dengan ijin Allah dan pasti ada hikmahnya tersendiri yang amat sangat bermanfaat, andaikata kita mau bersungguh-sungguh merenung dengan benar.
Jangan terjebak hanya menyalahkan dan mendamprat orang lain , karena tindakan emosional seperti ini, sedikit memberi nilai tambah bagi kepribadian kita. Bahkan bila tidak tepat serta berlebihan hanya akan menimbulkan kebencian dan masalah baru.
Ketahuilah, dengan sungguh-sungguh merubah diri, maka berarti pula kita merubah orang lain. Camkan, orang lain tidak hanya punya telinga, namun merekapun memiliki mata, perasaan, pikiran dan menilai sispa diri kita yang sebenarnya.
Kesimpulan : Jadikanlah setiap masalah menjadi sarana efektif untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri, karena hal itulah yang menjadi keuntungan bagi diri dan pengundang pertolongan Allah Swt

5. HANYA ALLAH SATU-SATUNYA PERTOLONGAN
Sesungguhnya tiada akan terjadi sesuatu kecuali dengan ijin Allah Swt., baik itu berupa musibah, maupun nikmat, walaupun bergabung jin dan manusia seluruhnya akan mencelakakan kita, demi Allah tidak akan jatuh satu helai rambutpun tanpa ijin –Nya
Bagitupun sebaliknya walau bergabung jin dan manusia menjanjikan akan menolong atau memberi sesuatu, tidak pernah akan datang satu persenpun tanpa ijinNya
Mati-matian kita iktiar dan meminta bantuan siapapun, tanpa ijin-Nya tak akan pernah terjadi yang kita harapkan. Maka sebodoh-bodohnya kita adalah orang yang paling berharap dan takut kepada selain Allah Swt
Itulah biang kesengsaraan dan biang jauhnya pertoliongan Allah Swt
Ketahuilah yang namanya makhluk itu “laa haula walaa quwata illa billahi ‘aliyil ‘aziim” tidak ada dan tiada upaya kecuali pertolongan Allah Yang Maha Agung. Asalnya hanya setetes sperma, ujungnya jadi bangkai, kemana-mana membawa kotoran.
Allah menjanjikan dalam suarat At-Thalaq2-3:”Barang Siapa yang bersungguh-sungguh mendekati Allah (bertaqwa) niscaya akan diberikan jalan keluar bagi setiap urusannya, dan akan diberi rizki dari tempat yang tidak disangka-sangka, dan barang siapa yang bertawakal hanya kepada Allah niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya”
Andaikata sadar dan menyakinkan, maka kita memiliki bekal yang sangat kokoh untuk mengarungi hidup ini, tidak pernah gentar menghadapi persoalan apapun karena sesungguhnya yang paling mengetahui struktur masalah kita sebenarnya hanyalah Allah Swt, berikut segala jalan keluar terbaik menurut pengetahuan-Nya Yang Maha Sempurna
Dia sendiri berjanji akan menuntun memberi jalan keluar dari segala masalah, sepelik dan seberat apapun , karena bagi Dia tidak ada yang rumit dan pelit, semuanya serba mudah dalam genggaman kekuasaan-Nya.
Pendek kata, jangan takut menghadapi masalah tapi takutlah tidak mendapat pertolongan Allah dalam menghadapinya. Tanpa pertolongan-Nya kita akan terus berkelana dalam kesesatan, persoalan yang berujung persoalan baru, tanpa nilai tambah bagi dunia akhirat kita, benar-benar kerugian yang nyata.
Terimalah ucapan selamat berbahagia, bagi saudara-saudara yang taat kepada Allah dan semakin taat lagi ketika diberi kesusahan dan kesenangan. Sholat terjaga, akhlak mulia, dermawan, hati bersih, dan larut dalam amal – amal yang disukai Allah Swt.
Insya Allah masalah yang ada akan menjadi jalan pendidikan dan Allah yang akan semakin mematangkan diri, mendewasakan, menambah ilmu, meluaskan pengalaman, melipatgandakan ganjaran dan menjadikan hidup ini jauh lebih bermutu, mulia dan terhormat dunia akhirat.

Tidak ada komentar: